BLOG ini, catatanjogja.wordpress.com, di luar dugaan mendapatkan sambutan yang membuat saya terharu dan bersyukur di minggu-minggu terakhir bulan Juni 2021 π₯°
Sejak dikonsep hingga dibuat, premis awalnya tersimpan dalam hati terdalam dan hanya saya sharing kepada teman tertentu, bahwa unggahan (blogpost) organik akan meringankan jemari pembaca π untuk melangkah menikmatinya.
Faktor lain yang mendatangkan audiens, tak terhindarkan adalah jenama Jogja π Rekam jejak ini telah mengarsip tua, setidaknya tonggak penting Jogja bagi “orang luar” ditanamkan oleh alm Umbu Landu Paranggi π dengan komunitas terbesar (di Indonesia?) π yang (pernah) ia bangun di Malioboro.
Dalam kurun hari, blog ini sudah mendatangkan sahabat yang belum pernah saya kenal π Dalam kurun minggu, bertambah dengan pengikut yang juga belum pernah saya kenal ππ Orang-orang baik ini π tak segan menyapa–menorehkan aksara dengan nada tulus.
Jika selama hampir dua minggu saya menulis setiap hari, tiba-tiba saya memutuskan untuk “tiarap”, agar trafik blog ini melandai. Dan, melakukan ini: menjubahinya dengan identitas nasional dan berpindah numpang tempat berteduh.
Alasan paling akhir mengapa saya sepakat pindahan, tentu untuk merawat Intellectual Property (IP) yang kian menjadi aset bangsa di era digital.
Untuk tiga hal terakhir ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung secara pribadi πdengan berbagai cara dan bentuk.
Di rumah baru catatanjogja.id tentu ada sedikit perbedaan teknis, disebabkan karena keterbatasan pengaturan theme gratis yang digunakan. Namun tidak mengapa, kan–bisa Anda abaikan dari perhatian.
Jauh lebih penting dari itu adalah konten tentang dan perspektif Jogja kiranya tidak luntur. Demikian juga dari sisi spirit Jogja, ini menjadi pergulatan pribadi yang saya harap tidak melandai pada diri saya πͺπ»
Pada akhir aksara ini, saya ucapkan sampai jumpa di kos’an baru di catatanjogja.id π
Salam Gudeg dari Jogja!
πππ