Katharina Stogmuller: Bule Cah Sewon

ORANG Sewon pengen naik becak. Udah nawar pakai basa Jawa, eh malah tetep kena harga wisatawan Asing 😭

Begitu bunyi twit baper @KStogmuller bertitimangsa 4 Mei 2021. Akun itu milik seorang gadis berwajah indo, Katharina Stögmüller.

Blasteran Austria-Indonesia ini asal Sewon, Bantul (Jogja). Ia baru saja meluncurkan buku pertama, diterbitkan Mojok, “Ich Komme aus Sewon“–Aku dari Sewon.

Soal buku ini, tampak tak gencar berpromosi. Coba telisik akun Instagram @kathi_1003 miliknya. Namun paparan (exposure) mantap ia peroleh saat diulas Kompas Minggu (20/6) di halaman Muda.

Dwi AS Setianingsih menulis di sana, “Fisiknya yang ‘bule’, dengan kulit putih, bola mata coklat, dan rambut pirang, seolah tak selaras dengan kultur Jawa dan Yogyakarta. Perlakuan berbeda, kadang sangat stereotip, kerap ia terima.”

Perjalanannya hingga tiba pada buku, bermula pada tulisan-tulisan yang dikirimkan ke Mojok.co Perlahan, dimuat satu per satu. Rasanya redaksi tak kuasa menolak pikat keunikan dan autentisitas tuturannya.

Enggak selalu terstruktur rapi memang, tetapi kejujurannya itu loh, menyulap dirinya jadi “bule wagu”. Membuat orang lain senyum, ngekek, atau mesem tipis. Semua itu bermula dari keberaniannya menerima diri dan kemudian bisa menertawakan diri sendiri–secara satir.

Coba saja simak cicipan siniar yang saya seret ke sini. Kathi (baca: Keti) memang sedang merambah platform siniar (podcast). Ia memberinya tajuk Serat Katharina. Ini bentuk “kenakalan”nya yang lain. Yang beken kan, Serat Centhini 🤣

Saya juga mengamini paragraf ini, bahwa tulisannya cukup menarik disebabkan tidak biasa. Gayanya jenaka. Lentur “mencampur” bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Tulisan-tulisannya mengingatkan saya genre yang pernah jaya di kalangan pembaca muda. Inisiatornya, Kambing Jantan Raditya Dika. Yang terkait dengan saya, tentu Anak Kos Dodol dan My Stupid Boss.

Tentang genre ini, pernah mencuat penamaan sebagai Pelitpersonal literature. Mengapa genre ini kemudian “letoi“? Sebab kehabisan penulis autentik.

Kathi jauh dari kesan sekadar ingin berlebai. Jika hanya secetek itu, tentu redaksi Mojok akan males meladeni naskah seperti itu.

Itu sebabnya saya sempat mengontaknya terkait tulisan ini. Sebab ia patut didukung. Dengan harapan, tidak kehilangan kejujuran dan kemampuan menertawakan diri sendiri dan kondisi yang dialami keluarganya.

Sebagai bentuk dukungan, saya memesan bukunya di sebuah lapak daring. Namun sayang, belum tiba di tangan saat tulisan ini harus diunggah. Gpp, nanti saya beberi di blog ceritakhun.com.

Oke. Oya,

Dear Kathi from Sewon, mBantul. Teruslah jenaka dengan organik 💙

6 thoughts on “Katharina Stogmuller: Bule Cah Sewon

  1. Aku bakal cari bukunya :). Aku suka baca personal literature yg jenaka gitu . So far aku pernah baca buku yg terkait bule juga, “bule juga manusia”, yg kocak sampe bikin ketawa ngakak. Kangen baca buku yg seperti itu :D. walopun terhibur juga pas my stupid bos dan anak kos dodol kluar sih :D.

    Tapi memang yaa mas, kdg suka miris liat perlakuan thd turis asing dalam hal biaya di Indonesia. Terlalu jomplang, yg menurutku ga wajar. Sementara kalo aku ke Eropa ATO Asia timur, jarang sih nemuin fee turis yg mencekik. Ga terlalu jauh beda Ama org lokalnya.

    Like

      1. Sama. Saya juga gak mikirin Yoast, karena nulis di blog buat nuangin pemikiran aja. Juga buat maksain diri sendiri untuk belajar bahasa Inggris biar gak lupa.

        Liked by 1 person

Leave a reply to angtekkhun Cancel reply